Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan kemudahan akses informasi, muncul paradoks yang patut diwaspadai: kecerdasan tanpa literasi. Generasi muda saat ini mungkin memiliki akses tak terbatas ke data dan gadget canggih, namun tanpa kemampuan literasi yang memadaiākemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan mengaplikasikan informasiāpotensi kecerdasan mereka bisa sia-sia. Justru, kecerdasan tanpa literasi berisiko menjebak mereka dalam pusaran disinformasi dan keputusan yang kurang tepat. Ini adalah tantangan serius yang harus diatasi untuk memastikan generasi emas Indonesia benar-benar berdaya. Sebuah studi dari Pusat Studi Literasi Digital Nasional pada Mei 2025 menemukan bahwa 45% remaja di perkotaan masih sulit membedakan berita faktual dari opini di media sosial.
Kecerdasan tanpa literasi dapat memanifestasikan diri dalam berbagai bentuk. Misalnya, seorang siswa mungkin sangat pandai dalam matematika atau sains, tetapi kesulitan memahami instruksi kompleks, atau tidak mampu menganalisis sumber informasi historis secara kritis. Di era digital, ini berarti mereka mungkin cepat mengonsumsi konten, tetapi tidak mampu menyaring hoaks atau memahami konteks dari sebuah berita. Akibatnya, mereka rentan terhadap manipulasi, polarisasi, dan bahkan radikalisasi yang disebarkan melalui platform online. Mereka mungkin aware teknologi, tetapi tidak aware akan bahayanya.
Pentingnya literasi tidak hanya terbatas pada membaca dan menulis. Ini mencakup literasi digital, literasi finansial, literasi media, dan kemampuan berpikir kritis. Tanpa literasi-literasi ini, kecerdasan tanpa literasi ibarat memiliki mobil sport tanpa peta atau pengetahuan lalu lintas. Anak bangsa mungkin punya potensi besar, tetapi tidak tahu bagaimana menavigasi kompleksitas dunia nyata. Dalam sebuah webinar yang diselenggarakan oleh Asosiasi Psikolog Pendidikan Indonesia pada Jumat, 27 Juni 2025, Prof. Dr. Siti Aminah, seorang ahli pendidikan, menyampaikan bahwa “literasi adalah jembatan yang menghubungkan potensi kecerdasan individu dengan kemampuan praktis dalam kehidupan sehari-hari.”
Oleh karena itu, sangat penting untuk terus menggalakkan program literasi di setiap jenjang pendidikan dan di masyarakat. Membiasakan anak-anak untuk membaca kritis sejak dini, mengajarkan mereka cara memverifikasi informasi digital, dan mendorong diskusi yang mendalam adalah langkah-langkah krusial. Dengan demikian, kita dapat mencegah jebakan kecerdasan tanpa literasi dan memastikan bahwa generasi emas Indonesia tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijaksana, kritis, dan mampu mengambil peran aktif dalam membangun masa depan bangsa yang lebih baik.
