Generasi Alpha, yang lahir antara tahun 2010 hingga 2025, adalah kelompok demografi pertama yang sepenuhnya tumbuh di era digital. Untuk dapat berinteraksi secara efektif dan mempersiapkan mereka menghadapi masa depan, penting bagi kita untuk memahami karakteristik generasi ini secara mendalam. Mereka adalah “penduduk asli digital” sejati, terbiasa dengan teknologi sejak lahir, dan hal ini secara fundamental membentuk cara mereka belajar, berinterinteraksi, dan memandang dunia. Memahami karakteristik generasi ini adalah langkah awal untuk merancang pendidikan dan lingkungan yang sesuai.
Salah satu ciri paling menonjol dari Generasi Alpha adalah keterikatan mereka yang sangat tinggi dengan teknologi. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dari orang tua milenial, yang juga aktif menggunakan media sosial dan perangkat pintar. Oleh karena itu, Generasi Alpha tumbuh dalam lingkungan yang sangat terhubung secara digital. Mereka tidak hanya menggunakan teknologi sebagai alat, tetapi juga sebagai perpanjangan dari diri mereka. Ini berarti mereka lebih familiar dengan konsep kecerdasan buatan, seperti asisten suara dan chatbot, serta sangat nyaman dengan platform daring untuk belajar dan bersosialisasi. Sebagai contoh, sebuah survei yang dilakukan di sekolah-sekolah di Selangor pada Mei 2025 menunjukkan bahwa 85% siswa Generasi Alpha menggunakan perangkat digital setiap hari untuk keperluan belajar di luar jam sekolah.
Selain itu, pandemi COVID-19 juga turut membentuk Generasi Alpha. Banyak dari mereka menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dengan orang tua mereka selama pandemi, yang secara tidak langsung memperkuat ketergantungan pada teknologi untuk pendidikan jarak jauh dan hiburan. Ini juga berarti mereka mungkin memiliki pandangan dunia yang dipengaruhi oleh nilai-nilai orang tua milenial mereka, termasuk kesadaran akan isu-isu sosial dan lingkungan. Mereka diprediksi akan menjadi generasi yang lebih berpikiran terbuka terhadap keragaman dan juga lebih memahami pentingnya kesehatan mental.
Memahami karakteristik generasi Alpha juga mencakup pengakuan bahwa mereka belajar dengan cara yang berbeda. Mereka terbiasa dengan informasi instan, visual yang kaya, dan interaksi yang cepat. Platform pembelajaran online, kelas jarak jauh, dan penggunaan perangkat pintar dalam pembelajaran adalah hal yang lumrah bagi mereka. Ini menuntut pendidik untuk beradaptasi dengan metode pengajaran yang lebih interaktif dan memanfaatkan teknologi untuk menjaga keterlibatan mereka.
Sebagai generasi masa depan, Generasi Alpha akan menjadi kekuatan pendorong di berbagai sektor. Dengan memahami karakteristik generasi ini, kita dapat merancang sistem pendidikan, lingkungan sosial, dan inovasi teknologi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka, memastikan mereka dapat tumbuh menjadi individu yang adaptif dan kontributif.
