Literasi Finansial untuk Anak: Mengajarkan Nilai Uang dan Investasi Sejak Usia Muda

Di tengah arus konsumerisme dan kemudahan transaksi digital, kemampuan mengelola uang telah menjadi keterampilan hidup yang paling fundamental. Mengajarkan Literasi Finansial kepada anak-anak bukan lagi pilihan, melainkan keharusan untuk memastikan mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab secara finansial. Literasi Finansial adalah fondasi yang membantu anak memahami konsep Nilai Uang, mengelola pengeluaran, menabung, dan yang terpenting, memulai konsep Investasi Sejak Dini.

Langkah pertama dalam menanamkan Literasi Finansial adalah mengenalkan konsep Nilai Uang secara konkret. Ini dapat dimulai dari memberikan uang saku mingguan atau bulanan. Dengan uang saku tersebut, anak belajar membuat keputusan: apakah akan menghabiskan semuanya sekaligus atau menabung untuk membeli sesuatu yang lebih besar. Metode ini mengajarkan mereka tentang trade-off dan penundaan kepuasan (delayed gratification). Sebagai contoh, jika anak ingin membeli mainan seharga Rp150.000, dan uang saku mingguannya Rp25.000, ia akan menyadari bahwa perlu menabung selama enam minggu. Proses praktis ini jauh lebih efektif daripada sekadar teori.

Setelah konsep dasar pengeluaran dan penabungan dipahami, langkah selanjutnya adalah mengenalkan Investasi Sejak Dini. Orang tua dapat menggunakan cara yang sederhana, seperti mengenalkan tabungan berjangka di bank yang memberikan bunga. Bunga tersebut dapat diibaratkan sebagai “uang yang bekerja untuk mereka”. Meskipun angkanya kecil, ini memberikan pemahaman awal tentang bunga majemuk. Kemudian, ajarkan konsep diversifikasi, yaitu membagi uang saku menjadi tiga pos: tabungan, amal/donasi, dan pengeluaran. Dengan membagi porsi ini, anak belajar bahwa uang memiliki fungsi sosial selain fungsi konsumtif.

Saat anak menginjak usia remaja, pemahaman Literasi Finansial harus diperluas ke aset yang lebih kompleks. Orang tua dapat membuka rekening tabungan emas digital atas nama anak (dengan pengawasan) atau membelikan reksa dana saham atau obligasi dengan nominal kecil. Pilihan ini mengajarkan mereka bahwa berinvestasi tidak harus menunggu hingga dewasa. Perkenalan pada konsep Investasi Sejak Dini ini harus diiringi dengan diskusi tentang risiko. Penting bagi mereka untuk memahami bahwa tidak semua investasi selalu menghasilkan keuntungan; ada kalanya nilai aset bisa turun.

Badan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada laporan tahunan 2024 mencatat bahwa tingkat Literasi Finansial masyarakat Indonesia masih perlu ditingkatkan, yang berimplikasi pada banyaknya kasus penipuan investasi ilegal. Oleh karena itu, tugas orang tua adalah memastikan anak-anak tidak hanya melek teknologi, tetapi juga melek finansial, sehingga mereka tidak menjadi korban di masa depan dan mampu mengelola Nilai Uang mereka secara bijak dan bertanggung jawab.